A.
Judul
Hubungan
antara Kerapatan Vegetasi Rumput dengan Kelimpahan Cacing Tanah.
B.
Tujuan
C.
Prosedur kerja
1. Alat dan Bahan
a. cetok
b. plastik
c. penggaris
2. Langkah Kerja
· Menyiapkan alat
dan bahan.
· Menentukan plot
dari yang kerapatan vegetasi rumput jarang, sedang hingga tinggi.
· Membuat plot dengan ukuran 90x60 cm
· Menggali tanah
pada plot-plot yang telah ditentukan dengan kedalaman ±
10 cm.
· Menghitung
banyaknya cacing yang ada pada masing-masing plot.
D.
Data Hasil Pengamatan
E. Pembahasan
Pada praktikum ketiga, kelompok kami menemukan bahwa tanah yang tidak tertutup oleh vegetasi
rumput tidak ditemukan organisme cacing. Oleh karena itu, kami ingin mengetahui
bagaimana hubungan antara vegetasi rumput terhadap keberadaan cacing
tanah. Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik
yang terdiri dari lapisan-lapisan yang disebut horizon . Horizon dapat dilihat
sebagai penambahan , pengurangan perubahan atau translokasi. Secara singkat
dapat di jelaskan bahwa horizon O tersusun atas atau didominasi oleh bahan
organik, pecahan-pecahan volumenya kecil sekali dan berwarna gelap dari horizon
yang lain dan biasanya berada di atas horizon–horizon yang kondisinya
menghambat perombakan bahan organik. Bila lapisan permukaan mencapai suatu
ketebalan tertentu dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organic, maka
horizon A akan terbentuk dan horizon B berada di bawah horizon A dimana
partikel-partikel koloid di akumulasikan.
Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan
antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan
ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi
beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah mesofauna tanah. Tanah dapat
didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas
mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Kegiatan biologis seperti
pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk
tekstur dan kesuburannya (Rao, 1994).
Bagi ekosistem darat, tanah merupakan
titik pemasukan sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan. Melalui akar-akarnya
tumbuhan menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat, kalium, tembaga, seng dan
mineral esensial lainnya. Dengan semua ini, tumbuhan mengubah karbon dioksida
(dimasukkan melalui daun) menjadi protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat dan
vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua heterotrof bergantung.
Bersamaan dengan suhu dan air, tanah merupakan penentu utama dalam
produktivitas bumi (Kimball, 1999).
Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di
permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997). Beberapa fauna
tanah, seperti herbivora, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas
akarnya, tetapi juga hidup dari tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah
mengalami kematian, fauna-fauna tersebut memberikan masukan bagi tumbuhan yang
masih hidup, meskipun adapula sebagai kehidupan fauna yang lain. Fauna tanah
merupakan salah satu kelompok heterotrof (makhluk hidup di luar tumbuh-tumbuhan
dan bakteria yang hidupnya tergantung dari tersedianya makhluk hidup produsen)
utama di dalam tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan
cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Keberadaan mesofauna
tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan
untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang
semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan
energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas
mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan
dampak positif bagi kesuburan tanah. Dalam sistem tanah, interaksi biota tanah
tampaknya sulit dihindarkan karena biota tanah banyak terlibat dalam suatu
jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).
Fauna tanah merupakan salah satu komponen
tanah. Kehidupan fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah
sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan perkataan lain
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah
sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan
abiotik. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah, oleh karena itu
dalam mempelajari ekologi fauna tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur
(Suin, 1997).
Pengelompokan terhadap fauna tanah sangat
beragam, mulai dari Protozoa, Rotifera, Nematoda, Annelida, Mollusca,
Arthropoda, hingga Vertebrata. Fauna tanah dapat dikelompokkan atas dasar
ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan
makannya. Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi atas kelompok transien, temporer,
periodik dan permanen. Berdasarkan habitatnya fauna tanah digolongkan menjadi
golongan epigeon, hemiedafon dan eudafon. Fauna epigeon hidup pada lapisan
tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon pada lapisan organik tanah, dan
yang eudafon hidup pada tanah lapisan mineral. Berdasarkan kegiatan makannya
fauna tanah ada yang bersifat herbivora, saprovora, fungifora dan predator
(Suin, 1997). Sedangkan fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya menurut
Wallwork (1970), dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu; mikrofauna (20 μ - 200
μ), mesofauna (200 μ - 1 cm) dan makrofauna (lebih dari 1 cm). Menurut
Suhardjono dan Adisoemarto (1997), berdasarkan ukuran tubuh fauna tanah
dikelompokkan menjadi: (1). mikrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran
tubuh < 0.15 mm, seperti: Protozoa dan stadium pradewasa beberapa kelompok
lain misalnya Nematoda, (2). Mesofauna adalah kelompok yang berukuran tubuh 0.16 – 10.4 mm dan
merupakan kelompok terbesar dibanding kedua kelompok lainnya, seperti: Insekta,
Arachnida, Diplopoda, Chilopoda, Nematoda, Mollusca, dan bentuk pradewasa dari
beberapa binatang lainnya seperti kaki seribu dan kalajengking, (3). Makrofauna
adalah kelompok binatang yang berukuran panjang tubuh > 10.5 mm, sperti:
Insekta, Crustaceae, Chilopoda, Diplopoda, Mollusca, dan termasuk juga
vertebrata kecil.
Salah satu fauna tanah yang hidup di dalam tanah yang akan kami amati
pada praktikum kali ini ini adalah cacing tanah. Cacing tanah
merupakan nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta
, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida .
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang
dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya
jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil.
Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya
terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris
berwarna merah keunguan.
Menurut Setiadi (1989), peranan terpenting
dari organisme tanah di dalam ekosistemnya adalah sebagai perombak bahan
anorganik yang tersedia bagi tumbuhan hijau. Nutrisi tanaman yang berasal dari
berbagai residu tanaman akan mengalami proses dekomposisi sehingga terbentuk
humus sebagai sumber nutrisi bagi tanah. Dapat dikatakan bahwa peranan ini
sangat penting dalam mempertahankan dinamika ekosistem alam. Selain itu
Suharjono (1997), menyebutkan beberapa jenis fauna permukaan tanah dapat
digunakan sebagai petunjuk (indikator) terhadap kesuburan tanah atau keadaan tanah.
Keberadaan mesofauna tanah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Pada
praktikum ini kami mencoba mengetahui ada tidaknya pengaruh kerapatan vegetasi
rumput terhadap kelimpahan cacing tanah. Kegiatan awal yaitu menentukan plot dari yang kerapatan vegetasi rumput
jarang, sedang hingga tinggi. Kemudian membuat plot
dengan ukuran 90x60 cm dan menggali
tanah pada plot-plot yang telah ditentukan dengan kedalaman ±
10 cm.
Lapisan tegak yang didapat itu disebut juga profil
atau penampang tegak, sedangkan lapisan yang tampak disebut horizon.
Komponen dari biota/organisme tanah adalah akar tanaman, mikrobia (bakteri,
aktinomycetes, fungi, dan alga), mikrofauna (protozoa), meso dan
makrofauna (Metting, 1993; Killham,1994)
Pada
praktikum kami mengamati horizon A yang merupakan lapisan mineral tanah.
Lapisan ini tebalnya bervariasi dan tergantung daerahnya yang biasanya berkisar
antara 20-40 cm. Di lapisan ini banyak humus dan akar tumbuhan, lapisan ini
disebut lapisan “top soil”. Biasanya lapisan ini berturut-turut ke bawah
berwarna abu-abu, cokelat, kuning atau merah.
Plot
1,2, maupun 3 memiliki karakter tanah dengan warna hitam gelap. Warna tanah adalah karakteristik tanah yang berguna
sebagai penunjuk kualitas tanah secara sepintas. Warna tanah tergantung pada
bahan induk dan hasil proses pembentukan tanah. Pada keadaan tertentu warna
tanah ikut mempengaruhi temperature tanah. Variasi warna tanah sangat tergantug
pada kadar organik tanah. Tanah yang kadar organiknya tinggi lebih gelap
warnanya dibandingkan dengan tanah yang rendah kadar organiknya..
Dari hasil pengamatan kami di tanah ekosistem rumput, pada lapisan atas
berwarna hitam, kemudian semakin kebawah berwarna coklat. Hal ini menunjukan
adanya penurunan tingkat bahan organik tanah. Warna tanah dapat berpengaruh
pada kondisi dan sifat tanah melalui radiasi cahaya yang diserapkannya. Tanah
yang hitam dan berwarna gelap akan banyak menyerap panas dibandingkan dengan
tanah yang berwarna muda. Dengan cepat dan banyaknya tanah yang berwarna gelap menerima
panas dibandingkan dengan tanah yang berwarna muda maka tanah yang berwarna
gelap akan lebih cepat kering dibandingkan dengan tanah yang berwarna
muda/terang.
Hanya
bedanya pada plot satu tanah sedikit ditumbuhi rumput, plot dua rumput yang
tumbuh sedang, dan pada plot ke tiga banyak sekali rumput yang tumbuh di atas
permukaan tanah. Namun yang akan kita amati bukan hanya kerapatan rumputnya
saja, tetapi hubungan kerapatan vegetasi rumput dengan kelimpahan cacing tanah.
Dan pada praktikum yang kami lakukan
pada plot satu yang ditumbuhi sedikit vegetasi rumput pada ulangan pertama kami
menemukan dua ekor cacing tanah, selanjutnya pada ulangan kedua yang kami
lakukan yang ditumbuhi sedikit vegetasi rumput kami menemukan satu ekor cacing
tanah. Setelah melakukan pengamatan pada plot dengan vegetasi rumput sedikit
selanjutnya kami melakukan pengamatan pada plot dengan vegetasi rumput yang
sedang, pada ulangan pertama kami menemukan 5 ekor cacing, selanjutnya pada
plot ke dua kamu menemukan 6 ekor cacing.
Kemudian pengamatan kami lanjutkan pada plot ke tiga yaitu plot yang
memliki kerapatan rumput paling tingg. Hampir semua permukaan tanah tertutupi
rumput dari beberapa jenis dan terlihat tumbuh begitu subur. Pada plot ini kami
menemukan cacng tanah sejumlah 10 ekor pada ulangan pertama dan 12 ekor pada
ulangan ke dua. Dari pengamatan terlihat adanya perbedaan persebaran cacing di
tiap plot, hal ini berhubungan dengan kerapatan cacing di masing-masing plot.
Terlihat bahwa semakin tinggi kerapatan rumput di sebuah plot, maka semakin
banyak pula jumlah cacing yang menghuninya. Hal ini berkaitan dengan persediaan
nutrisi bagi cacing, karena cacing mendapatkan nutrsi berupa pasokan C (karbon)
dari sisa-sisa tanaman. Sehingga semakin banyak/rapat rumput yang tumbuh maka
persediaan C (karbon) untuk cacing juga semakin
banyak.
Tanah merupakan sumber energi dan hara bagi biota/organisme tanah. Sumber hara tersebut berasal dari semua
komponen tanah yakni mineral tanah, bahan organik tanah, udara, dan air dalam
tanah. Aktivitas dan populasi mikrobia dalam tanah tentu akan dibatasi oleh
sumberdaya tanah. Salah satu faktor adalah ketersediaan karbon. Smith dan Paul
(1990) dalam Holmes and Zak
(1994), menyebutkan bahwa aktivitas mikrobia di dalam tanah sangat dibatasi
oleh masukan C yang berasal dari produksi bahan organik yang berasal dari
sisa-sisa tanaman. Selanjutnya dikatakan pula bahwa ketersediaan bahan
makanan yang meningkat, akan meningkatkan populasi mikrobia tanah.
Selain
itu, fauna tanah seperti cacing ini juga membantu dalam proses penyuburan
tanah. Misalnya rongga-rongga dalam tanah yang dibentuk dari hasil
pergerakan/jejak tubuh cacing tanah akan menjadi rongga-rongga udara sehingga tanah gembur dan kaya oksigen.
Menurut
Barnes (1997) Fauna
tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam pembusukan zat atau
bahan-bahan organik dengan cara :
1. Menghancurkan
jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi aktifitas
bakteri dan jamur,
2. Melakukan
pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin,
3. Merubah
sisa-sisa tumbuhan menjadi humus,
4. Menggabungkan
bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas,
5. Membentuk
kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah.
F.
Kesimpulan
Semakin
tinggi kerapatan rumput di sebuah plot, maka semakin banyak pula jumlah cacing
yang menghuninya, karena cacing mendapatkan nutrisi berupa pasokan C (karbon)
dari sisa-sisa tanaman. Sehingga semakin banyak/rapat rumput yang tumbuh maka
persediaan C (karbon) untuk cacing juga
semakin banyak. Plot yang kerapatan rumputnya tinggi banyak dihuni oleh cacing
tanah. Cacing ini juga membantu dalam proses penyuburan tanah karena rongga-rongga dalam tanah yang dibentuk dari
hasil pergerakan/jejak tubuh cacing tanah akan menjadi rongga-rongga udara sehingga tanah gembur dan kaya oksigen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar