Kamis, 23 Februari 2012

HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN VEGETASI RUMPUT DENGAN KELIMPAHAN CACING TANAH


A.      Judul
Hubungan antara Kerapatan Vegetasi Rumput dengan Kelimpahan Cacing Tanah.
B.       Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kerapatan vegetasi rumput terhadap kelimpahan cacing tanah.
C.      Prosedur kerja
1.    Alat dan Bahan
a.    cetok
b.    plastik
c.    penggaris
2.    Langkah Kerja
·      Menyiapkan alat dan bahan.
·      Menentukan plot dari yang kerapatan vegetasi rumput jarang, sedang hingga tinggi.
·      Membuat plot dengan ukuran 90x60 cm
·      Menggali tanah pada plot-plot yang telah ditentukan dengan kedalaman ± 10 cm.
·      Menghitung banyaknya cacing yang ada pada masing-masing plot.

D.      Data Hasil Pengamatan

















E.       Pembahasan
Pada praktikum ketiga, kelompok kami menemukan bahwa  tanah yang tidak tertutup oleh vegetasi rumput tidak ditemukan organisme cacing. Oleh karena itu, kami ingin mengetahui bagaimana hubungan antara vegetasi rumput terhadap keberadaan cacing tanah. Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan yang disebut horizon . Horizon dapat dilihat sebagai penambahan , pengurangan perubahan atau translokasi. Secara singkat dapat di jelaskan bahwa horizon O tersusun atas atau didominasi oleh bahan organik, pecahan-pecahan volumenya kecil sekali dan berwarna gelap dari horizon yang lain dan biasanya berada di atas horizon–horizon yang kondisinya menghambat perombakan bahan organik. Bila lapisan permukaan mencapai suatu ketebalan tertentu dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organic, maka horizon A akan terbentuk dan horizon B berada di bawah horizon A dimana partikel-partikel koloid di akumulasikan.
Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah mesofauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburannya (Rao, 1994).
Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan. Melalui akar-akarnya tumbuhan menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat, kalium, tembaga, seng dan mineral esensial lainnya. Dengan semua ini, tumbuhan mengubah karbon dioksida (dimasukkan melalui daun) menjadi protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat dan vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua heterotrof bergantung. Bersamaan dengan suhu dan air, tanah merupakan penentu utama dalam produktivitas bumi (Kimball, 1999).
Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997). Beberapa fauna tanah, seperti herbivora, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga hidup dari tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami kematian, fauna-fauna tersebut memberikan masukan bagi tumbuhan yang masih hidup, meskipun adapula sebagai kehidupan fauna yang lain. Fauna tanah merupakan salah satu kelompok heterotrof (makhluk hidup di luar tumbuh-tumbuhan dan bakteria yang hidupnya tergantung dari tersedianya makhluk hidup produsen) utama di dalam tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Dalam sistem tanah, interaksi biota tanah tampaknya sulit dihindarkan karena biota tanah banyak terlibat dalam suatu jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).
Fauna tanah merupakan salah satu komponen tanah. Kehidupan fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah, oleh karena itu dalam mempelajari ekologi fauna tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur (Suin, 1997).
Pengelompokan terhadap fauna tanah sangat beragam, mulai dari Protozoa, Rotifera, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda, hingga Vertebrata. Fauna tanah dapat dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makannya. Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi atas kelompok transien, temporer, periodik dan permanen. Berdasarkan habitatnya fauna tanah digolongkan menjadi golongan epigeon, hemiedafon dan eudafon. Fauna epigeon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon pada lapisan organik tanah, dan yang eudafon hidup pada tanah lapisan mineral. Berdasarkan kegiatan makannya fauna tanah ada yang bersifat herbivora, saprovora, fungifora dan predator (Suin, 1997). Sedangkan fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya menurut Wallwork (1970), dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu; mikrofauna (20 μ - 200 μ), mesofauna (200 μ - 1 cm) dan makrofauna (lebih dari 1 cm). Menurut Suhardjono dan Adisoemarto (1997), berdasarkan ukuran tubuh fauna tanah dikelompokkan menjadi: (1). mikrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran tubuh < 0.15 mm, seperti: Protozoa dan stadium pradewasa beberapa kelompok lain misalnya Nematoda, (2). Mesofauna adalah kelompok yang berukuran tubuh 0.16 – 10.4 mm dan merupakan kelompok terbesar dibanding kedua kelompok lainnya, seperti: Insekta, Arachnida, Diplopoda, Chilopoda, Nematoda, Mollusca, dan bentuk pradewasa dari beberapa binatang lainnya seperti kaki seribu dan kalajengking, (3). Makrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran panjang tubuh > 10.5 mm, sperti: Insekta, Crustaceae, Chilopoda, Diplopoda, Mollusca, dan termasuk juga vertebrata kecil.
Salah satu fauna tanah yang hidup di dalam tanah yang akan kami amati pada praktikum kali ini ini adalah cacing tanah. Cacing tanah merupakan nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta , yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida . Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan.
Menurut Setiadi (1989), peranan terpenting dari organisme tanah di dalam ekosistemnya adalah sebagai perombak bahan anorganik yang tersedia bagi tumbuhan hijau. Nutrisi tanaman yang berasal dari berbagai residu tanaman akan mengalami proses dekomposisi sehingga terbentuk humus sebagai sumber nutrisi bagi tanah. Dapat dikatakan bahwa peranan ini sangat penting dalam mempertahankan dinamika ekosistem alam. Selain itu Suharjono (1997), menyebutkan beberapa jenis fauna permukaan tanah dapat digunakan sebagai petunjuk (indikator) terhadap kesuburan tanah atau keadaan tanah. Keberadaan mesofauna tanah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Pada praktikum ini kami mencoba mengetahui ada tidaknya pengaruh kerapatan vegetasi rumput terhadap kelimpahan cacing tanah. Kegiatan awal yaitu menentukan plot dari yang kerapatan vegetasi rumput jarang, sedang hingga tinggi. Kemudian membuat plot dengan ukuran 90x60 cm dan menggali tanah pada plot-plot yang telah ditentukan dengan kedalaman ± 10 cm. Lapisan tegak yang didapat itu disebut juga profil atau penampang tegak, sedangkan lapisan yang tampak disebut horizon.
Komponen dari biota/organisme tanah adalah akar tanaman, mikrobia (bakteri, aktinomycetes, fungi, dan alga), mikrofauna (protozoa), meso dan makrofauna  (Metting, 1993; Killham,1994)
       
Pada praktikum kami mengamati horizon A yang merupakan lapisan mineral tanah. Lapisan ini tebalnya bervariasi dan tergantung daerahnya yang biasanya berkisar antara 20-40 cm. Di lapisan ini banyak humus dan akar tumbuhan, lapisan ini disebut lapisan “top soil”. Biasanya lapisan ini berturut-turut ke bawah berwarna abu-abu, cokelat, kuning atau merah.
Plot 1,2, maupun 3 memiliki karakter tanah dengan warna hitam gelap. Warna tanah adalah karakteristik tanah yang berguna sebagai penunjuk kualitas tanah secara sepintas. Warna tanah tergantung pada bahan induk dan hasil proses pembentukan tanah. Pada keadaan tertentu warna tanah ikut mempengaruhi temperature tanah. Variasi warna tanah sangat tergantug pada kadar organik tanah. Tanah yang kadar organiknya tinggi lebih gelap warnanya dibandingkan dengan tanah yang rendah kadar organiknya.. Dari hasil pengamatan kami di tanah ekosistem rumput, pada lapisan atas berwarna hitam, kemudian semakin kebawah berwarna coklat. Hal ini menunjukan adanya penurunan tingkat bahan organik tanah. Warna tanah dapat berpengaruh pada kondisi dan sifat tanah melalui radiasi cahaya yang diserapkannya. Tanah yang hitam dan berwarna gelap akan banyak menyerap panas dibandingkan dengan tanah yang berwarna muda. Dengan cepat dan banyaknya tanah yang berwarna gelap menerima panas dibandingkan dengan tanah yang berwarna muda maka tanah yang berwarna gelap akan lebih cepat kering dibandingkan dengan tanah yang berwarna muda/terang.
Hanya bedanya pada plot satu tanah sedikit ditumbuhi rumput, plot dua rumput yang tumbuh sedang, dan pada plot ke tiga banyak sekali rumput yang tumbuh di atas permukaan tanah. Namun yang akan kita amati bukan hanya kerapatan rumputnya saja, tetapi hubungan kerapatan vegetasi rumput dengan kelimpahan cacing tanah.  Dan pada praktikum yang kami lakukan pada plot satu yang ditumbuhi sedikit vegetasi rumput pada ulangan pertama kami menemukan dua ekor cacing tanah, selanjutnya pada ulangan kedua yang kami lakukan yang ditumbuhi sedikit vegetasi rumput kami menemukan satu ekor cacing tanah. Setelah melakukan pengamatan pada plot dengan vegetasi rumput sedikit selanjutnya kami melakukan pengamatan pada plot dengan vegetasi rumput yang sedang, pada ulangan pertama kami menemukan 5 ekor cacing, selanjutnya pada plot ke dua kamu menemukan 6 ekor cacing.  Kemudian pengamatan kami lanjutkan pada plot ke tiga yaitu plot yang memliki kerapatan rumput paling tingg. Hampir semua permukaan tanah tertutupi rumput dari beberapa jenis dan terlihat tumbuh begitu subur. Pada plot ini kami menemukan cacng tanah sejumlah 10 ekor pada ulangan pertama dan 12 ekor pada ulangan ke dua. Dari pengamatan terlihat adanya perbedaan persebaran cacing di tiap plot, hal ini berhubungan dengan kerapatan cacing di masing-masing plot. Terlihat bahwa semakin tinggi kerapatan rumput di sebuah plot, maka semakin banyak pula jumlah cacing yang menghuninya. Hal ini berkaitan dengan persediaan nutrisi bagi cacing, karena cacing mendapatkan nutrsi berupa pasokan C (karbon) dari sisa-sisa tanaman. Sehingga semakin banyak/rapat rumput yang tumbuh maka persediaan C (karbon) untuk cacing  juga semakin banyak.
Tanah merupakan sumber energi dan hara bagi biota/organisme tanah. Sumber hara tersebut berasal dari semua komponen tanah yakni mineral tanah, bahan organik tanah, udara, dan air dalam tanah. Aktivitas dan populasi mikrobia dalam tanah tentu akan dibatasi oleh sumberdaya tanah. Salah satu faktor adalah ketersediaan karbon. Smith dan Paul (1990) dalam Holmes and Zak (1994), menyebutkan bahwa aktivitas mikrobia di dalam tanah sangat dibatasi oleh masukan C yang berasal dari produksi bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman.  Selanjutnya dikatakan pula bahwa ketersediaan bahan makanan yang meningkat, akan meningkatkan populasi mikrobia tanah.
Selain itu, fauna tanah seperti cacing ini juga membantu dalam proses penyuburan tanah. Misalnya rongga-rongga dalam tanah yang dibentuk dari hasil pergerakan/jejak tubuh cacing tanah akan menjadi rongga-rongga udara  sehingga tanah gembur dan kaya oksigen.
Menurut Barnes (1997) Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam pembusukan zat atau bahan-bahan organik dengan cara :
1.    Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi aktifitas bakteri dan jamur,
2.    Melakukan pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin,
3.    Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus,
4.    Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas,
5.    Membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah.

F.       Kesimpulan
Semakin tinggi kerapatan rumput di sebuah plot, maka semakin banyak pula jumlah cacing yang menghuninya, karena cacing mendapatkan nutrisi berupa pasokan C (karbon) dari sisa-sisa tanaman. Sehingga semakin banyak/rapat rumput yang tumbuh maka persediaan C (karbon) untuk cacing  juga semakin banyak. Plot yang kerapatan rumputnya tinggi banyak dihuni oleh cacing tanah. Cacing ini juga membantu dalam proses penyuburan tanah karena  rongga-rongga dalam tanah yang dibentuk dari hasil pergerakan/jejak tubuh cacing tanah akan menjadi rongga-rongga udara  sehingga tanah gembur dan kaya oksigen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar